Matius 11:25-30
Coba kita perhatikan kata “mu” dalam akhir ayat ini. Kata “mu” di akhir dari ayat ini menunjuk
pada pribadi. Kalau begitu siapakah
pirbadi yang dimaksud dalam teks ini?
Kita menemukan jawabannya dengan melihat konteks pembacaan saat
ini. Dalam pembacaan teks Alkitab hari
ini, kita melihat pujian dan syukur dari Tuhan Yesus kepada Bapa-Nya. Kalau dalam Injil Lukas dikatakan bergembira. Ayat ini sangat jelas sekali mengungkapkan
pujian dan syukur Tuhan Yesus kepada Bapa-Nya.
Ada yang menarik dari pujian dan syukur Tuhan Yesus, yaitu alasan pujian
dan syukur itu sendiri. Dalam ayat 25,
dijelaskan bahwa Yesus memuji dan bersyukur kepada Bapa-Nya karna “semuanya itu
Kau sembunyikan……” Artinya ada sesuatu
yang tersembunyi atau rahasia yang belum terungkap! Pertanyaannya adalah apa yang disembunyikan
oleh Bapa dan mengapa disembunyikan? Dan
mengapa yang tersembunyi dan rahasia ini menjadi suatu pujian syukur Yesus
kepada Bapa-Nya? Bukankah hal ini
merupakan suatu hal yang bertentangan atau bertolak belakang? Mengapa demikian? Karna biasanya Orang tidak akan senang dan
akan terus penasaran jika belum menemukan yang tersembunyi. Orang akan senang dan bersyukur memuji Tuhan
jika telah menemukan suatu yang tersembunyi atau rahasia. Tapi mengapa pujian syukur Tuhan Yesus justru
terbalik, ada yang tersembunyi dan rahasia tapi eh malah bersyukur…..!
Saudara/i yang
terkasih……………….
Alasan Tuhan Yesus bersyukur kepada Bapa-Nya, tidak terlepas dengan apa
yang terjadi pada saat Yesus ada di tengah-tengah kehidupan bangsa Israel,
secara khusus di kota-kota seperti Khorazim, Betsaida dan Kapernaum. Di kota-kota ini, Tuhan Yesus menyampaikan
Firman Allah dan membuat banyak sekali mujisat.
Lalu apa yang terjadi di sana?
Yang terjadi di sana ialah bahwa mereka seperti orang yang duduk-duduk
di pasar dan berteriak kepada teman-teman mereka. Di sana ada kidung duka cita, tapi
orang-orang disana tidak berkabung.
Waktu Yohanes datang kepada mereka, Yohanes tidak makan dan minum, lalu
mereka berkata bahwa Yohanes itu kerasukan setan. Dan sekarang ketika Tuhan Yesus datang, ada
di tengah-tengah mereka, mengajar mereka tentang Firman Allah dan membuat
mujizat, mereka berkata bahwa Yesus itu adalah pelahap, peminum, pembual dan
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
Mereka tidak mau mendengarkan Firman Allah yang Yesus ajarkan. Mereka keras kepada dan tidak mau bertobat. Sehingga Yesus berkata “dengan apakah
Ku-umpamakan angkatan ini?” Kata
angkatan, mengingatkan mereka pada nenek moyang mereka berjalan keluar dari
Mesir menuju tanah Kanaan. Artinya
orang-orang yang hidup saat Tuhan Yesus mengajar Firman Allah dan membuat
mujisat sama dengan nenek moyang mereka.
Akibatnya, timbullah kemarahan Tuhan Yesus sehingga Dia mengecam mereka
dengan berkata “celakalah engkau Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum. Disini jelas, bahwa Tuhan marah, jika kita tidak percaya dan
tidak mau bertobat kepada-Nya.
Lihatlah….. Kemarahan ini berbeda dengan kemarahan kita manusia. Kemarahan kita didasari oleh kebencian dan
dosa, tapi kemarahan Tuhan didasari oleh cinta kasih dan kekudusan. Oleh karna itu Dia mau datang di
tengah-tengah umat-Nya, bersama dengan mereka, mengajar dan menyelamatkan
mereka.
Saudara/i yang
terkasih……………..
Keadaan di Khorazim, Betsaida dan Kapernaum bertolak
belakang dengan apa yang Tuhan Yesus dengar dari para murid, yang baru saja
kembali dari tugas mereka menyampaikan berita Firman Allah. Murid-murid membawa kabar bahwa pemberitaan
mereka tentang Firman Tuhan telah menyebabkan setan-setan takluk, ada yang
percaya dan bertobat. Berita inilah
yang membuat Tuhan Yesus gembira, memuji dan bersyukur kepada Bapa-Nya. Saudara/i, lihat sekarang, Tuhan senang,
Tuhan bersyukur oleh karna ada yang percaya dan bertobat kepada-Nya. Lihat contoh dalam perumpamaan domba yang
hilang. Ketika domba itu ditemukan, ada
sukacita di sorga melebihi sukacita 99 domba yang lain, yang tanpa pertobatan. Kesenangan kita, pujian dan syukur kita itu
ada kalau kita selamat dan bukan orang lain.
Hal ini berbeda dengan Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus gembira, memuji dan bersyukur kepada Bapa-Nya bukan karna
Dia yang bebas atau selamat, melainkan kalau ada orang lain yang selamat, saya
dan saudara, walaupun Dia harus menderita bahkan sampai mati di kayu
salib. Ingat waktu Yesus ada di taman
Getsemani, Dia berkata “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan
ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan
seperti yang Engkau kehendaki”. Kalau
Yesus mau, Dia bisa untuk tidak minum dari cawan yang berisi murka Allah
itu. Tapi itu tidak dibuat-Nya. Dia minum dari cawan itu, bersih, tidak ada
sisa, bukan untuk diri-Nya, tapi untuk saya dan saudara. Itulah yang berkenan kepada Bapa-Nya.
Dan sekarang kita melihat kalimat yang sama itu dalam teks pembacaan saat
ini “ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu”.
Walaupun situasi berbeda, tapi makna kata atau kalimat ini tetap sama,
tidak ada perubahan sama sekali. Lihat,
dalam teks ini, Yesus mengungkapkan yang berkenan kepada Bapa-Nya dalam situasi
gembira atau syukur oleh karna berita dari para murid tentang ada yang percaya
dan bertobat oleh karna pemberitaan Firman Allah. Sedangkan dalam taman Getsemani, diungkapkan
dalam situasi kesedihan dan dukacita
oleh karna Yesus akan menghadapi kematian. Apakah nampak perubahan dalam kalimat
itu. Tidak!!!! Kalimat itu tidak mengalami perubahan, bahkan
maknanya pun tidak. Kalimat itu tidak
berubah. Ini memperlihatkan kepada kita
bahwa apa yang berkenan kepada Allah, yang menjadi kehendak-Nya tidak akan
pernah berubah oleh karna situasi atau keadaan.
Apa yang menjadi kehendak Allah, akan selalu terwujud dalam setiap
situasi dan keadaan. Dengan demikian,
Allah harus selalu dipuji dan dimuliakan dalam setiap keadaan, baik suka maupun
duka. Pertanyaannya: sudahkah saya dan
saudara memuji Allah baik di dalam suka maupun duka? Baik saat nilai kita naik ataupun jatuh. Ataukah kita hanya memuji dia saat nilai kita
mengalami kenaikan? Jawabannya ada pada saya dan saudara secara pribadi.
Saudara/i yang
terkasih……………………..
Apa yang berkenan yang berkenan kepada Tuhan? Dalam teks ini dijelaskan bahwa yang berkenan
itu adalah yang tersembunyi bagi orang bijak.
Apa itu? Jawabannya, yang
tersembunyi itu adalah kunci dari pertobatan orang-orang percaya. Apa itu?
Itu adalah kelahiran kembali. Ini
yang tersembunyi bagi mereka yang bijak dan pandai. Mengapa?
Karna kelahiran kembali menghilangkan segala hikmat dan kepandaian
manusia. Sehingga ketika manusia mencoba
untuk mendapatkan kelahiran kembali dengan hikmat dan kepandaian mereka, maka
mereka tidak akan pernah mendapatkannya.
Mereka baru bisa mendapatkan kelahiran kembali itu kalau Sumber Hikmat,
Yesus Kristus, yang adalah Firman Allah yang hidup, datang dan melahirkan
mereka kembali. Satu contoh, jika saya
memberi saudara kunci pintu rumah saya dan menyuruh saudara untuk membukanya,
maka saudara harus memakai kunci yang saya kasih. Kalau saudara memakai kunci yang ada pada
saudara, yang bukan kunci pintu saya, maka otomatis pintu rumah saya tidak akan
terbuka untuk saudara. Seperti itulah
kelahiran kembali itu. Kelahiran kembali
membuang semua hikmat dan kepandaian manusia.
Tapi jika ditanya, siapa di antara kita yang mau membuang kepandaian dan
hikmatnya? Maka tidak ada seorang pun
yang mau, karna itu kita katakan bodoh.
Lihat contoh dari Nikodemus. Dia
adalah pengajar orang Israel, profesor, pandai, bijak. Tapi apa yang dia katakan ketika Yesus
berbicara tentang kelahiran kembali? Dia
bilang apakah aku harus masuk ke dalam rahim ibuku dan dilahirkan kembali? Nikodemus pakai apa? Itu hikmat dan kepandaian. Jadi tidak heran kalau jawaban Nikodemus membuat
Yesus heran. Sehingga berkata kepada
Nikodemus kamu pengajar Israel, kamu profesor, kamu pandai, tapi kamu tidak
tahu? Kamu tidak mengerti? Kelahiran
kembali tersembunyi bagi Nikodemus.
Mengapa demikian? Apakah karna
dia pandai dan bijak? Dan bukankah
kepandaian dan kebijakan itu didapatkan dengan belajar dari Hukum Taurat dan
kitab para nabi, yang sumbernya juga dari Allah sendiri? Benar!
Kalau benar, mengapa mereka tidak dilahirkan kembali oleh Allah? Berarti Allah yang salah dong. Tidak!
Allah tidak salah dan tidak akan pernah salah. Jikalau mereka tidak dilahirkan kembali, itu
bukan karna Allah. Tapi karna mereka
tidak percaya dan tidak bertobat. Lihat,
apa yang mereka buat saat Yesus mengajar dan membuat mujisat. Mereka percaya kepada Yesus? Mereka memuji dan memuliakan Tuhan? Tidak!
Mereka tidak percaya dan tidak memuji Tuhan. Apa yang mereka buat? Mereka mencela Yesus, menghina Yesus,
memfitnah Yesus, bahkan akhirnya mereka membunuh Yesus. Mengapa mereka melakukan hal itu? Oleh karna Dia yang diharapkan tidak sesuai
dengan keinginan mereka. Mereka inginkan
Tuhan yang sesuai dengan keinginan mereka.
Mereka tidak mau diatur oleh Tuhan.
Yang mereka mau adalah mereka yang mengatur Tuhan. Tuhan yang mengikuti semua keinginan
mereka. Sifat seperti ini, nampak juga
dalam murid-murid Tuhan Yesus. Lihat apa
yang Petrus katakan saat Yesus mau ke Yerusalem. Petrus bilang “jangan pergi ke sana”. Petrus mau supaya Tuhan ikut apa yang Petrus
katakan. Lihat lagi ketika Yesus
dimuliakan di atas gunung, Petrus mau supaya Tuhan mengijinkan dia mendirikan
tiga tenda. Tapi apa yang terjadi? Ada suara dari langit yang berkata “Inilah
anak-Ku yang Ku-kasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia. Artinya, mereka harus dengar Tuhan, bukan
sebaliknya. Keadaan inilah yang
terjadi. Orang-orang di Israel, para
pemuka agama mau supaya Tuhan Yesus mendengar mereka. Kalau sudah seperti ini, apakah yang Tuhan
Yesus ajarkan dan perbuatkan akan mereka dengar dan mereka percaya? Jawaban tentu tidak. Kalau begitu, Tuhan disalahkan? Tidak!
Tuhan tidak salah. Dia adalah
Mahabenar, Mahakasih dan Mahamurah.
Karna itu, Dia mau datang di tengah mereka untuk memberitahukan jalan
menuju kelahiran kembali.
Kalau mereka tidak mau mendengarkan Yesus, apakah itu berarti kedatangan
Tuhan Yesus sia-sia? Tentu tidak! Masih ada yang mau mendengarkan dan mau
belajar pada Kristus. Siapa mereka? Mereka adalah orang kecil. Mereka kecil bukan karna karna mereka
memiliki tubuh yang kecil, atau karna nilai yang kecil di masyarakat atau
penghasilan yang kecil. Apakah saudara termasuk didalamnya? Jawablah didalam hati saudara secara
pribadi.
Tuhan Memberkati, AMIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar