Matius 8:1-4
Gereja saman sekarang diperhadapkan pada
persoalan yang menyangkut kebutuhan utama bagi orang percaya dalam segala
tantangan dan persoalan hidupnya. Persoalan
itu adalah tentang kebutuhan akan Firman Tuhan, Mujisat ataukah Kesaksian. Hal ini akan coba dijelaskan dengan melihat
pada Matius 8:1-4.
Ketika kita membaca teks ini, maka kita
harus membandingkannya dengan teks yang ada pada Injil Matius dan Lukas. Mengapa harus diperbandingkan? Karna teks ini menceritakan tentang seorang
yang sakit kusta, yang datang kepada Yesus untuk meminta kesembuhan. Dalam Injil Matius diceritakan bahwa orang
kusta ini datang kepada Yesus sesudah Yesus selesai berkhotbah di bukit. Sedangkan dalam Injil Lukas diceritakan bahwa
orang kusta ini datang kepada Yesus sebelum Yesus berkhotbah di atas bukit. Kalau begitu manakah yang benar? Apakah orang kusta ini datang sesudah atau
sebelum khotbah di bukit?
Ternyata ada jarak waktu antara orang kusta
yang datang kepada Yesus dengan khotbah di bukit ini. Mengapa demikian? Karna dalam kehidupan orang Yahudi, orang
yang sakit kusta dianggap sebagai orang yang berdosa dan harus dikucilkan jauh
dari kehidupan orang. Dengan demikian,
adalah hal yang tidak mungkin bagi orang kusta ini datang pada saat Yesus berkhotbah
di atas bukit.
Mari kita melihat teks pembacaan saat
ini. Dalam teks ini diceritakan ada
seorang yang sakit kusta, datang kepada Yesus.
Saat kita membaca teks ini, kita menemukan banyak sekali salah
penafsiran, secara khusus tentang penyakit kusta. Ada
orang yang menafsirkan bahwa kusta dalam teks ini merupakan hukuman dari
dosa. Penafsiran seperti ini dilakukan
dengan melihat Bil 12:1-10 dan 2 Raj 5:26-27.
Tetapi perlu diingat bahwa sekalipun hal ini bisa terjadi, tetapi arti
dari kusta tidaklah selalu demikian.
Karna itu sangat disayangkan jika ada yang mengalogorikan teks pembacaan
saat ini dengan berkata bahwa kusta dalam teks ini melambangkan orang berdosa,
yang datang kepada Yesus dan mendapatkan kesembuhan. Sekalipun ajaran ini Injili, tapi dasar
penafsirannya salah. Salah satu yang
menafsir demikian adalah Roma Katolik.
Mereka mengatakan bahwa orang kusta adalah lambang dari orang berdosa
dan Yesus menyuruh orang itu pergi kepada Imam yang adalah lambang dari
Pastor. Inilah yang dijadikan sebagai
ajaran sakramen pengakuan/pengampunan dosa.
Ini tidak masuk di akal!!!
Perhatikan baik-baik, saat orang kusta itu disuruh pergi kepada Imam,
apakah dia masih dalam keadaan sakit kusta ataukah dia sudah sembuh? Jawaban sudah sangat jelas, bahwa orang itu
sudah sembuh dari kustanya. Dengan
demikian hal ini tidak menjadi dasar bagi ajaran tentang sakramen
pengakuan/pengampunan dosa. Orang yang
sudah sembuh dari sakit kusta, pergi kepada Imam hanya untuk mendapat
pernyataan bahwa dia sudah sembuh. Itu
saja!!!!
Teks pembacaan saat ini adalah bahwa orang
yang datang kepada Yesus adalah orang yang betul-betul sakit kusta, bukan
lambang. Dan kalau kita melihat dalam
Injil Lukas, disana dijelaskan bahwa orang ini penuh kusta. Kita dapat membanyangkan bagaimana orang ini
sangat menderita, lahir dan batin.
Mengapa demikian? Karna penyakit
yang dideritanya adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, kecuali dengan
mujisat. Tidak ada obat apa pun yang
mampu menyembuhkan orang yang menderita sakit kusta. Hanya dengan mujisat saja, orang yang sakit
kusta bisa sembuh, kita dapat melihat contohnya dalam 2 Raj pasal 5:7. Oleh karna penyakit ini tidak dapat
disembuhkan, maka dapat kita bayangkan bagaimana penderitaan orang yang sakit
kusta ini.
Orang yang sakit kusta ini betul-betul
menderita. Penderitaan ini bertambah
dengan pengasingan atau pengucilan dirinya.
Ingatlah, bahwa orang yang menderita sakit kusta, akan dikucilkan jauh
dari kehidupan manusia yang lain dengan alasan supaya penyakit itu tidak
menular kepada orang yang lain. Dan hal
ini berlaku bagi siapa saja yang menderita sakit kusta, meskipun dia itu
seorang raja. Kita bisa melihat dalam Im
13:45 dan 46, Bil 5:1 dan 2, 2 Raja 15:5 dan Taw 26:21. Dengan pengucilan ini, maka otomatis orang
yang sakit kusta akan jauh dari pergaulan dengan sesama yang lain. Mereka tidak boleh masuk ke rumah orang,
karna kalau mereka masuk, meski itu baru kepala saja yang masuk, maka seluruh
rumah dianggap najis. Lebih dari itu
lagi, jarak minimun antara orang kusta dan orang yang sehat adalah 4 hasta atau
kira-kira 180 cm. Jarak ini akan berubah
kalau melihat arah angin. Kalau arah
angin bertiup dari orang kusta ke arah orang sehat, maka jarak minimun adalaha
100 hasta atau kira-kira 45 meter. Dengan
demikian, orang yang sakit kusta, yang kita baca dalam teks pembacaan saat ini
adalah orang yang betul-betul menderita lahir dan batin. Tetapi ada hal menarik yang dilakukan oleh
kusta ini. Lihat ayat 1 “datang kepada
Yesus dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya”.
Hal menarik yang dilakukan orang kusta ini
adalah datang kepada Yesus. Ini berbeda
dengan yang dilakukan oleh 10 orang kusta dalam Luk 17:12 yang berdiri agak jauh. Pertanyaannya, apakah yang membuat orang
kusta ini berani datang kepada Yesus?
Jikalau bukan Yesus, apakah orang ini berani datang mendekat, berlutu dan
memohon? Tentu tidak…..!!! Kalau begitu apa yang membuat orang kusta
ini berani datang mendekat kepada Yesus?
Jawabannya adalah bahwa ia sudah mendengar berita tentang Yesus. Orang kusta ini berani datang kepada Yesus
karna ia sudah mendengar tentang Yesus.
Tentang Yesus yang bagaimana? Yesus
yang penuh kuasa dan kasih. Ia sudah
mendengar tentang Yesus yang menyembuhkan orang, Yesus yang tidak geli dengan
orang-orang yang sakit. Ini membuat dia
berani datang kepada Yesus.
Dan perhatikan saat dia datang kepada
Yesus. Dia datang dan berlutut. Kalau dalam Injil Matius dipakai kata “sujud”
sedangkan di dalam Injil Lukas dipakai kata “tersungkur”. Yang menarik adalah semua kata-kata ini
dipakai dalam arti menyembah. Dengan
demikian kata-kata ini mengingatkan kita pada penegasan Yesus saat dicobai
Iblis bahwa setiap orang harus menyembah Allah.
Tetapi sekarang, dalam teks pembacaan kita, kita melihat bahwa orang
kusta ini “berlutut”, “sujud”, “tersungkur” di depan Yesus. Artinya apa?
Apakah ini juga berartu bahwa orang ini menerima dan mengakui bahwa
Yesus adalah Allah? Ataukah orang ini
berlutu, sujud atau tersungkur hanya untuk mendapatkan pengasihan Tuhan?
Tidak jelas apakah orang kusta ini mengakui
Yesus sebagai Allah atau tidak. Tapi yang
jelas ialah bahwa Tuhan Yesus tidak marah saat dia berlutut atau sujud atau
tersungkur kepada Yesus. Kenapa Yesus
tidak marah? Bukankah Yesus melarang
penyembahan selain kepada Allah?
Jawabannya adalah karna Yesus sendiri adalah Allah dan Dia pantas
mendapat penyembahan dari semua manusia.
Pertanyaan yang datang untuk kita sekarang adalah apakah kita sudah
menyembah Yesus sebagai Allah?
Sesudah berlutut, orang kusta ini memohon,
katanya “kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”. Pertanyaannya, kenapa orang ini memohon, “kalau
Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”
Kenapa orang kusta ini tidak langsung saja bilang “Tuhan sembuhkan
aku!! Bukankah orang kusta ini menderita
lahir dan batin dan dia sangat membutuhkan kesembuhan? Kalau dia sangat membutuhkan kesembuhan,
kenapa dia harus berkata “kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”.
Memang benar bahwa orang kusta ini betul
sangat membutuhkan kesembuhan. Dan orang
kusta ini juga yakin bahwa Yesus mampu untuk menyembuhkan sakit kustanya. Kalau begitu kenapa dia berkata “kalau Engkat
mau, Engkau dapat mentahirkan aku”.
Masalahnya bukan pada dia butuh atau tidak. Masalahnya bukan pada Yesus mampu atau tidak. Tapi yang menjadi masalah adalah apakah Yesus
mau atau tidak untuk menyembuhkan dia.
Itu masalahnya!!! Keinginannya
untuk sembuh sangat besar. Keyakinannya
akan kuasa dan kemampuan Yesus sangat kuat.
Tapi keyakinannya tentang apakah Yesus mau menyembuhkan dia atau tidak,
ini yang tidak ada. Kenapa
demikian? Jawabannya adalah karna Orang
kusta ini tidak lupa diri. Dia tahu
diri. Dia adalah orang yang sakit. Dia tidak dapat paksa Yesus untuk
menyembuhkan dirinya. Karna itu dia
berkata “kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”. Orang kusta ini tidak
yakin apakah Yesus mau menyembuhkan dia atau tidak. Mengapa dia tidak yakin? Jawabannya adalah dia tidak yakin karna
memang Yesus tidak pernah berjanji akan menyembuhkan dirinya dan orang
lain.
Sekarang banyak orang yang yakin dan
beriman bahwa Tuhan akan menyembuhkan diri mereka dan orang lain, padahal Yesus
tidak pernah berjanji untuk melakukan hal itu.
Iman seperti ini tidak berdasarkan pada Firman Tuhan.
Lihat apa yang dilakukan oleh Tuhan
Yesus. Tuhan Yesus mengulurkan tanganNya,
menjamah orang itu. Kalau diperhatikan
dengan akal dan pikiran kita saat ini, maka kita dapat menilai bahwa tindakan
yang dilakukan oleh Yesus adalah tindakan yang bodoh. Mengapa demikian? Karena kita ketahui bahwa penyakit kusta
adalah penyakit menular, sehingga kalau dijamah, maka orang yang menjamah akan
terkena kusta. Sehingga tidak heran juga
kalau kita melihat fakta dalam kehidupan orang Israel, orang yang sakit kusta
dikucilkan, sehingga penyakit tersebut tidak menular ke orang lain. Tetapi kalau kita lihat teks pembacaan kita,
apa yang terjadi dengan Yesus? Sama sekali
tidak terjadi apa-apa. Yesus tidak
tertular dengan penyakit tersebut. Tindakan
seperti Yesus ini kemudian menjadi trend an gaya saat ini. Banyak orang yang tidak tahu apa-apa, main
jamah dan jamah saja. Lalu ketika
tertular penyakit, mulai Yesus yang disalahkan.
Ini tindakan yang bodoh. Ingatlah
bahwa Yesus tidak pernah berjanji bahwa kita tidak akan tertular penyakit jika
kita menjamah orang yang menderita penyakit menular. Jangan saudara dan saya lupa akan hal
ini. Oleh karena itu jangan menggunakan “jamahan
tangan sebagai salah satu syarat atau patokan yang harus diikuti oleh orang
Kristen saman sekarang”. Jamahan tangan
Yesus berbeda dengan jamahan tangan saya dan saudara. Jamahan tangan Yesus mengandung kuat kuasa
yang mampu menyembuhkan sedangkan jamahan tangan saya dan saudara tidak
mengandung kuasa yang menyembuhkan. Karena
itu jangan meniru jamahan tangan sebagai suatu yang harus dilakukan saat orang
dalam keadaan sakit. Yang terpenting
dari penyembuhan orang kusta ini adalah bagaimana Firman Allah dinyatakan bagi
orang kusta ini. Perhatikan kata Yesus
kepada orang kusta itu “Aku mau”. Kesembuhan
orang kusta tersebut sesungguhnya karena kehendak atau keinginan dari Yesus
sendiri. Itu adalah Firman Tuhan. Itu adalah keinginan dan kehendak dari
Yesus. Jadi, kesembuhan yang dialami
bukan karena jamahan tangan, tapi karena keinginan dan kehendak dari Yesus
Kristus sendiri, keinginan dan kehendak dari Allah bapa sendiri dan juga keinginan
dan kehendak dari Roh Kudus. Dan semua keinginan
serta kehendak dari Allah Tritunggal ini nampak jelas dengan Firman yang
diucapkan Yesus “Aku Mau”.
Yang utama dalam pelayanan dan pekerjaan Yesus
bukanlah kesembuhan, melainkan bagaimana orang-orang dapat mengerti dan
memahami keinginan serta kehendak Allah.
Ini menjadi kunci utama dalam seluruh karya Yesus. Ingat, Yesus datang bukan untuk menyembuhkan
tetapi Dia datang untuk melaksanakan kehendak BapaNya. Karena itu jangan selalu minta kesembuhan
terus pada Tuhan, tetapi mintalah keinginan dan kehendakNya bagi saya dan
saudara. Mintalah Yesus untuk mengajar
dan mendidik saudara dalam keinginan dan kehendakNya melalui Firman Tuhan. Ini jauh lebih indah dari kesembuhan yang saudara
dapatkan. Kesembuhan yang saudara
dapatkan tidak akan memberi pengaruh apa-apa dalam hidup rohani saudara. Tetapi ketika keinginan dan kehendak Allah
lewat Firman Tuhan sudah saudara peroleh, maka itu dapat menjadi pegangan bagi
saudara dalam hidup. Ingatlah juga satu
hal bahwa kesembuhan tidak pernah menjadi dasar dari iman sejati kepada
Tuhan. Tetapi Firman Tuhan menjadi dasar
dari iman sejati saudara kepada Tuhan. Kesembuhan
tidak membawa saudara pada kehidupan yang kekal, tepati hanya pada kehidupan
yang sesaat. Sebaliknya Firman Tuhan
membawa saudara untuk hidup kekal selamanya.
Sekarang mana yang saudara harus terima?
Mana yang saudara harus kejar? Semuanya
itu ada dalam hati saudara. Karena itu
jawabah sesuai dengan terang dari Firman Tuhan dan Roh Kudus sehingga saudara
dapat mengambil keputusan yang jelas dan berguna bagi saudara sendiri.
Akhir dari kesembuhan yang dijelaskan oleh
Yesus dalam teks ini adalah menyuruh orang kusta yang sembuh untuk pergi menunjukkan
diri kepada para iman. Dan hal ini
jangan disalahtafsirkan. Jangan menjadikan
ini sebagai suatu ajaran yang mengharuskan bahwa semua orang yang sakit atau
pun berdosa harus pergi kepada para pendeta atau pastor untuk pengakuan. Ayat ini tidak punya maksud untuk mengajar
seperti itu. Perhatikan nats ini
baik-baik. Sebelum Yesus menyuruh orang
kusta yang telah sembuh itu pergi kepada iman, ia terlebih dahulu dipesankan
oleh Yesus untuk tidak menceritakan peristiwa tersebut kepada siapapun. Apa alasannya? Bukankah ini merupakan suatu berita sukacita
untuk diceritakan? Bukankah ini adalah
suatu kesaksian yang besar bagi orang lain?
Bukankah ini juga akan menaikkan pamor Tuhan Yesus? Bukankah semuanya ini akan kembali kepada
hormat dan kemuliaan nama Tuhan? Semua pikiran
seperti ini tidaklah benar. Karena bukan
pamor atau kemuliaan yang Yesus utamakan, melainkan Firman Tuhan. Larangan untuk tidak memberitahukan tetang
mujisat yang Yesus buat bertujuan supaya Ia bebas memberitakan Injil (Lihat
Markus 1:45). Lihat apa yang terjadi
setelah orang yang sembuh dari kusta itu menceritakan tentang Yesus. Banyak orang datang untuk melihat Yesus
mengadakan mujizat. Akibatnya Yesus
pergi ke desa-desa untuk menyendiri dan berdoa.
Kesaksian tentang kesembuhan telah menjadi penyebab terhambatnya
pemberitaan Firman Tuhan yang murni. Orang
datang bukan untuk mendengarkan kebenaran Firman Tuhan, tetapi untuk
mendapatkan mujisat. Banyak orang lebih
senang dengar kesaksian dari pada pemberitaan Firman Tuhan. Banyak orang lebih ingat kesaksian dari pada
Firman Tuhan. Mana yang lebih
penting? Firman Tuhankah atau
kesaksian?
Keadaan seperti ini tidak disadari oleh
Gereja saat ini. Gereja mulai larut
dengan kesaksian-kesaksian dari tokoh-tokoh tertentu. Gereja mulai belajar dari kesaksian dan
pengalaman tokoh-tokoh ketimbang belajar dari Firman Tuhan sendiri. Akibatnya jika Firman Tuhan disampaikan,
banyak orang yang tidak bersimpati. Mengapa? Karena ingin mengalami seperti yang mereka
dengar dari kesaksian tokoh-tokoh. Mereka
ingin punya pengalaman yang sama dengan orang tersebut. Hal ini terbalik dengan apa yang di Tuhan
Yesus, maka sadarlah bahwa yang terutama adalah Firman Tuhan. Maukah saudara meninggalkan keinginan itu
tidak mengejar kesaksian orang dan mau belajar dari keinginan dan kehendak
Tuhan dalam FirmanNya? Maukah saudara
mengakui dan menerima bahwa Firman Tuhan adalah yang lebih utama dalam hidup
saudara? Renungkan dan jawablah itu
secara pribadi.
Tuhan Yesus yang mau supaya kita hidup
sesuai dengan kehendak Allah kiranya menolong dan memberkati kita untuk menemukan
hal yang Utama dalam hidup Ini yaitu FIRMAN TUHAN. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar